SOE, VICTORYNEWS--Gara-gara pangan lokal, Mama Marlinda Nau dari Komunitas Lakoat Kujawas di Desa Taeftob, TTS, NTT diundang mengikuti kegiatan di Kassel, Jerman.
Mama Marlinda Nau atau yang akrab disapa Mama Fun mewakili Komunitas Lakoat Kujawas mengikuti ajang New Rural Agenda Summit yang jadi bagian dari Documenta Fifteen di Kassel Jerman.
Dikutip dari Facebook Dicky Senda, penggagas Komunitas Lakoat Kujawas, Mama Marlinda Nau mengikuti New Rural Agenda Summit, sebuah konferensi tingkat tinggi seniman dan masyarakat adat dari berbagai penjuru dunia yang mendeklarasikan janji dalam banyak bahasa ibu tentang pentingnya pelestarian lingkungan hidup.
Konferensi ini melibatkan 66 perwakilan dari Colombia, Spanyol, Argentina, China, Bangladesh, Afrika Selatan hingga Mali, termasuk Indonesia, untuk mendeklarasikan isu-isu terkait lingkungan dan ruang hidup.

Hasil racikan Mama Marlinda Nau dari pangan lokal khas NTT. (Dok. Pribadi Mama Marlinda Nau)
Ajang ini diinisiasi oleh Jatiwangi Art Factory di Majalengka Jawa Barat.
"Dan itu bisa dilakukan Mama Marlinda Nau lewat konsumsi dan produksi pangan lokal. Dari Desa Taeftob untuk dunia," tulisnya.
Sementara Documenta Fifteen merupakan ajang seni rupa lima tahunan terbesar di dunia.
Dicky Senda mengatakan ajang ini merupakan bentuk apreasiasi yang diberikan pada Komunitas Lakoat Kujawas yang selama ini fokus melestarikan pangan lokal dan lingkungan hidup.

Mama Marlinda Nau dalam ajang New Rural Agenda Summit di Kassel Jerman. (Dok. Pribadi Mama Marlinda Nau)
Dicky Senda mengatakan, selama ini Mama Fun sangat aktif di Komunitas Lakoat kujawas dengan terus bereksperimen, memasak, menulis, dan berbagi tentang resep-resep pangan lokal yang sudah pernah ada sebelumnya dan ragam makananan lain yang bisa dibuat dengan memanfaatkan bahan -bahan lokal yang ada di desa.
Menurut Dicky, Komunitas Lakoat Kujawas berkomitmen untuk terus mendukung eksistensi masyarakat adat dalam pelestarian lingkungan dan ruang hidup, mendukung dan memberi ruang bagi perempuan dan generasi muda pada kerja-kerja kolektif terkait pelestarian pengetahuan lokal dan ekologi.
"Untuk kampung sebagai ruang hidup yang lebe bae, adil dan lestari buat semua. Dari desa Taiftob untuk bumi yang lebih baik," tandasnya.***
Artikel Terkait
Gubernur Laiskodat Minta Petani Tingkatkan Produksi Pangan Lokal
Peneliti Universitas Melbourne, Australia Dalami Kekayaan Pangan Lokal di Lembata, NTT
Kreatif! Mahasiswa Asal Kota Komba Utara Matim Olah Pangan Lokal Untuk Dijual
Putra Mollo TTS Dicky Senda Ikut Program Ford Global Fellowship di New York