Cerita Rakyat dari Kalimantan Timur, Kisah Si Pego: Pertemuan

- Kamis, 8 Juni 2023 | 12:06 WIB
Ilustrasi cerita rakyat dari Kalimantan Timur Kisah Si Pego: Pertemuan. (pixabay.com)
Ilustrasi cerita rakyat dari Kalimantan Timur Kisah Si Pego: Pertemuan. (pixabay.com)

SAMARINDA, VICTORYNEWS-Kalimantan Timur terkenal dengan alamnya yang subur dan juga budayanya yang sangat beragam termasuk cerita rakyatnya.

Tak hanya alamnya yang subur dan juga budayanya yang beragam, Kalimantan Timur ternyata menyimpan sejuta cerita rakyat yang mengandung pesan moral dan falsafah hidup yang sangat bermakna untuk dibaca.

Nah...! sahabat victorynews.id kali ini kami akan mengangkat sebuah cerita rakyat dari Kalimantan Timur dengan judul Kisah Si Pego: Pertemuan.

Cerita rakyat tentang Kisah Si Pego dengan judul Pertemuan ini dilansir dari buku Cerita Rakyat Dari Kalimantan Timur yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Berikut, kisahnya:

Pego tumbuh besar di dalam keluarga Pak Kutoi. Kasih sayang Pak Kutoi ditunjukkan dengan caranya mendidik Pego. Pego belajar segala hal terkait kehidupan bermasyarakat dan keterampilan khas masyarakat yang hidup di pedalaman. 

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, Cancer Cobalah Kesampingkan Egomu

Cara berburu, berladang, dan mencari ikan harus dikuasai oleh anak laki-laki. Mereka harus mahir melakukan itu untuk masa depan mereka. Selain itu, saling menolong dan bekerja sama di tengah masyarakat juga ditekankan dalam kehidupan Pego. 

Pak Kutoi sangat bangga dengan anaknya. Dilihatnya Pego yang tidak mengeluh saat membantunya di ladang atau berburu. Pego tak akan menghentikan parangnya untuk membabat tanaman liar yang mengganggu tanaman Pak Kutoi. 

“Kita istirahat dulu, Pego. Matahari sudah tinggi. Kita makan dan kumpulkan tenaga dahulu” kata Pak Kutoi. 

“Baik, Ayah, tetapi masih sisa sedikit lagi. Tanggung kalau tidak sekalian dibersihkan,” jawab Pego sambil terus mengayunkan parangnya. 

“Kalau sudah selesai langsung istirahat dan makan ya. Ayah tunggu di pondok,” kata Pak Kutoi sambil menggeleng-gelengkan kepala saat melihat cara kerja Pego. 

Lahan pemberian Pak Kutoi terletak agak jauh dari kampung Pego. Diperlukan beberapa hari untuk menempuh perjalanan ke arah hulu Sungai Kandilo. Menyediakan lahan untuk dijadikan ladang oleh Pego adalah salah satu bentuk kepercayaan Pak Kutoi bahwa Pego sudah dewasa. 

Pego harus menggarap ladang agar dapat menyiapkan masa depannya sendiri. Hasil berladang juga dapat digunakan untuk melangsungkan pesta perkawinan bagi pemuda lajang. Pego juga tak boleh bergantung kepada orang tua angkatnya. 

 Baca Juga: Keren, Delapan Pelajar Smansa Kupang Diajak Wagub NTT Ke Jepang

Pego, Pak Kutoi, dan warga kampung terbiasa pergi beberap hari meninggalkan kampung untuk mengurus ladang karena rata-rata ladang mereka jauh dari kampung. 

Halaman:

Editor: Yance Jengamal

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X