Cerita Rakyat dari NTT: Pondik dan Pesta Randang

- Selasa, 23 Mei 2023 | 14:32 WIB
Ilustrasi. Cerita rakyat dari NTT, Pondik dan Pesta Randang. (pixabay.com)
Ilustrasi. Cerita rakyat dari NTT, Pondik dan Pesta Randang. (pixabay.com)

RUTENG, VICTORYNEWS- NTT merupakan salah satu provinsi yang terletak di wilayah di Indonesia bagian selatan dengan beragam legenda dan cerita rakyatnya.

Salah satu cerita rakyat dari NTT adalah tentang Pondik dan Pesta Randang.

Cerita rakyat dari NTT dengan judul Pondik dan Pesta Randang  dilansir victorynews.id  dari buku yang ditulis oleh Jilis Verheijen, SVD dengan judul Dongeng-dongeng Manggarai jilid I yang diterbitkan Direktorat Jenderal Kebudayaan Indonesia.

Agar sahabat victorynews.id tidak penasaran, berikut ini ceritanya:

Baca Juga: SADIS! Seorang Bocah SD di Sukabumi Tewas Dikeroyok Teman dan Kakak Kelas

Si Pondik tiba kembali di kampungnya. Orang sekampungnya tidak lagi marah lantaran kasus cendawan yang pernag dilakukannya.

Malam itu juga bertepatan kepala kampung memanggil warga kampung untuk berkumpul guna merencanakan pesta pembukaan lingko’ baru (Lahan pertanian baru). 

Waktu yang ditetapkan tidak lama: hanya dalam lima hari lagi, karena kerbau kurban sudah disiapkan. Sehari sebelum pesta, semua orang sibuk membuat kemah dekat lodok (Titik pusat pembagian lahan berbentuk sarang laba-laba) untuk undangan yang akan hadir. 

Pada malam hari menjelang pesta, Pondik menggali lubang yang agak dalam di dekat titik pusat lingko tempat kayu berbentuk gasing dicocokkan sebagai titik pusat lingko.

Kedalaman lubang itu setinggi badannya. Pada saat ayam berkokok Pondik melumuri badannya dengan kapur sirih, kunyit dan arang sehingga tubuhnya menyerupai setan yang hitam legam. Lalu ia duduk di dalam lubang yang digalinya.

Baca Juga: Korban Meninggal Laka Lantas Maut Bijaepasu Diserahkan Ke Keluarga, Bangkai Mobil Belum Dievakuasi

Dari atas ditutupinya dengan batu landuk, batu lempeng yang digunakan untuk miletakkan sirih pinang yang disajikan kepada semua arwah. 

Saat pagi, semua orang datang berkumpul. Perempuan-perempuan membawa piring, panci dan beras.

Para lelaki membawa tuak putih, menggalas beras serta menarik kerbau. Ketika tiba di titik pusat lingko, semua orang serentak mengucapkan seruan doa bersama. 

Setelah itu mereka mengantarkan sesajian untuk para arwah dan menuangkan tuak ke dalam mangkuk. Para pemuda beramai-ramai mengikuti tarian caci, sebab ada tamu undangan dari kampung tetangga yang menantang mereka ber-caci.

Halaman:

Editor: Yance Jengamal

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Cerita Rakyat dari NTT: Pondik saart Kalok Uma

Selasa, 30 Mei 2023 | 12:46 WIB

Cerita Rakyat dari NTT: Pondik dan Pak Tembong

Selasa, 30 Mei 2023 | 12:34 WIB

Membidik Akar Masalah TPPO di NTT (Bagian 2)

Senin, 29 Mei 2023 | 15:50 WIB

Membidik Akar Masalah TPPO di NTT (Bagian 1)

Senin, 29 Mei 2023 | 15:39 WIB

Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Seorang Jongos

Sabtu, 27 Mei 2023 | 13:52 WIB

Cerita Rakyat NTT: Kisah Seorang Miskin

Sabtu, 27 Mei 2023 | 13:26 WIB
X