RUTENG, VICTORYNEWS-NTT merupakan salah satu provinsi yang banyak dibicarakan karena keindahan alam, budaya dan cerita rakyatnya yang sangat beragam.
Salah satu yang paling menarik di NTT selain alam yang indah serta budaya dan adat istiadatnya adalah cerita rakyat yang mengandung pesan moral dan falsafah hidup masyarakat setempat.
Edisi kali ini victorynes. id akan menyajikan cerita rakyat dari NTT yang berjudul Pondik dan Pemetik Cendawan yang dilansir victorynews.id dari buku yang ditulis oleh Jilis Verheijen, SVD dengan judul Dongeng-dongeng Manggarai jilid I yang diterbitkan Direktorat Jenderal Kebudayaan Indonesia.
Berikut ini ceritanya:
Baca Juga: SADIS! Seorang Bocah SD di Sukabumi Tewas Dikeroyok Teman dan Kakak Kelas
Ketika Pondik tengah mencari sarang lebah di hutan, ia melihat sebatang pohon ara kering yang penuh pepak ditumbuhi cendawan. Kembali ke kampung Pondik bercerita tentang pohon ara itu kepada orang-orang sekampungnya.
Mereka lantas berunding untuk menebang pohon ara itu. Laki-laki dan perempuan pun bergegas ke tempat ara itu, masing-masing membawa keranjang untuk menampung cendawan.
Mereka terheran-heran melihat cendawan sekian banyak yang seakan menyelimuti pohon ara itu. Mereka mencoba memanjatnya, namun membatalkan niatnya karena takut jatuh, sebab pohon itu sudah lapuk dan rapuh.
“Sebaiknya kita tebang saja pohon ini,” saran Pondik.
Akan tetapi yang lain berkata: “Ah, jangan! Justru semua cendawannya akan hancur. Dengan apa kita isi keranjang-keranjang ini kalau cendawannya sudah hancur?”
Baca Juga: Korban Meninggal Laka Lantas Maut Bijaepasu Diserahkan Ke Keluarga, Bangkai Mobil Belum Dievakuasi
Pondik memberi saran: “Begini, kawan-kawan. Lebih baik kita menahan dengan tangan saat pohon ini tumbang, supaya cendawan-cendawannya tidak hancur. Lagi pula jumlah anggota kita di sini cukup banyak.”
Saran Pondik dianggap tepat karena itu mereka sepakat. Mereka pun menebang pohon ara itu. Ketika hendak tumbang, si Pondik berteriak: “Bersiaplah menadah dari bawah! Pohon ini sudah patah dan akan tumbang!”
Segera saja mereka semua menahan dari bawah. Seketika itu juga pohon tersebut tumbang dan menindih mereka sampai mati. Ada yang kepalanya pecah, hidung berdarah, perutnya terbelah dan yang lain tulang-tulangnya remuk.
Sementara itu, para perempuan berebutan dan dengan semangatnya memetik cendawan. Pondik pun tak ketinggalan. Mereka memang melihat orang yang tertindih pohon, tetapi mereka tidak tahu kalau semuanya sudah tak bernyawa.
Artikel Terkait
Cerita Rakyat dari NTT: Pondik Mengambil Istri
Cerita Rakyat dari NTT: Mbojol dan Sultan Bima
Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Seorang Tolol
Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Tiga Lelaki
Cerita Rakyat NTT: Kisah 2 Orang Dungu, Saling Rebutan Tempat Tidur Lalu Merugi
Cerita Rakyat dari NTT: Pondik dan Pesta Randang