Melihat hal ini si Pondik sangat marah, katanya: “Jangan menombakinya, nanti kita akan ditimpa kesusahan besar! Itu arwah nenek moyang kita. Berilah ia sirih pinang! Biarlah kita menangkapnya dan mendandaninya.”
Semua orang mengikuti perintah Pondik lalu menangkap rusa itu. Kata si Pondik lagi: “Ambillah semua perhiasan tua kalian untuk dikenakan kepada nenek moyang kita ini, supaya ia bisa mengikuti tarian mengelilingi kerbau kurban.”
Lalu orang-orang U mengambil semua rantai emas dan mengalungkannya pada leher rusa itu. Mereka juga mengambil perhiasan kepala yang disebut emas rumbit untuk dikenakan pada dahinya dan bali-bélo" dilingkarkan pada tanduknya. Selendang dikenakan pada lehernya.
Baca Juga: Pesan Biblis Penjabat Wali Kota Kupang ke Pasangan Nikah Massal
Setelah rusa didandani, Pondik berkata: “Hendaknya kalian mengelilingi nenek moyang kita ini.”
Mereka semua mengelilinginya dan beramai-ramai mendendangkan sebuah syair: “Kasihanilah, ya leluhur! Kasihanilah..., ya leluhur kami, kasihanilah! Kasihanilah, ya leluhur kami! Kasihanilah..., ya leluhur kami, kasihanilah kami orang U!”
Tatkala mereka sedang asyiknya mendendangkan syair tersebut, tiba-tiba rusa itu melompat melewati kerumunan orang tadi dan terus berlari sambil membawa serta semua barang berharga yang sudah dikenakap padanya. Semua orang tercengang dan heran mengapa mereka mendandani daging itu.
Si Pondik berkata: “Nenek moyang kita telah pergi memanggil istrinya. Dan semua kutuk-derita serta tulah dibawanya pergi. Apalagi telah terjadi banyak kejahatan di kampung ini.”***
Artikel Terkait
Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Seorang Tolol
Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Tiga Lelaki
Cerita Rakyat NTT: Kisah 2 Orang Dungu, Saling Rebutan Tempat Tidur Lalu Merugi
Cerita Rakyat dari NTT: Pondik dan Pesta Randang
Cerita Rakyat dari NTT: Pondik dan Pemetik Cendawan
Cerita Rakyat dari NTT: Pondik Membakar Kei Jeng