SAMARINDA,VICTORYNEWS-Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Kalimantan Timur kaya akan budaya dan adat istiadat serta cerita rakyat. Kali ini victorynews.id akan mengangkat cerita rakyat dari Kalimantan Timur dengan judul Api yang Tak Bersahabat.
Cerita rakyat dari Kalimantan Timur yang berjudul Api yang Tak Bersahabat dilansir dari buku Cerita Rakyat Dari Kalimantan Timur dengan Judul Kisah Si Pego: Api yang Tak Bersahabat yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Berikut, kisahnya:
Rakit kayu bergerak pelan menyusuri hulu Sungai Kandilo. Tangan-tangan kecil menggerakkan rakit dengan batang bambu yang ditolakkan ke dasar sungai yang tak begitu dalam.
Baca Juga: Ramalan Shio Hari Ini Senin 5 Juni 2023: Shio Macan Capai Titik Puncak, Shio Anjing Pikir Dua Kali
Sosok di atas rakit bukanlah sosok seseorang yang berbadan besar dan kekar. Badannya tampak belum begitu kokoh mengemudikan rakit. Kulitnya tampak putih bersih. Rambutnya terurai sebahu. Anak lelaki itu bernama Pego.
Seperti kebanyakan anak-anak yang tinggal di tepi sungai dan hutan, Pego kecil akrab dengan derasnya sungai dan luasnya hutan. Sungai mempunyai arti besar bagi anak-anak yang tinggal di pedalaman. Sungai adalah tempat bermain, belajar, dan bekerja.
Mereka bermain sekaligus belajar dan bekerja. Sungai telah menjadi guru bagi anak-anak, yang mengajarkan mereka berenang dan bertahan hidup.
Batang tombak diangkat tinggi-tinggi ke arah belakang. Mata tombak menjauh dari permukaan air, sedang mata sipitnya mengawasi gerakan ikan yang berenang di bawahnya.
Di saat yang tepat, tombak di tangan dihujamkan secara cepat ke dalam air. Ikan- ikan terkejut. Satu ekor ikan tidak sempat menghindar. Mata tombak telah menembus badannya.
“Ayah dan Ibu pasti senang dengan hasilku hari ini,” gumam Pego bangga dengan banyaknya ikan yang diperolehnya.
Baca Juga: Cabut Dari Real Madrid, Ini Klub Baru Karim Benzema
Rumah itu berdiri tak jauh dari aliran Sungai Kandilo. Tak berbeda dengan rumah-rumah penduduk di kampung yang berdiam di pinggir hutan belantara, rumah keluarga Pego juga beratap anyaman daun nipah.
Susunan daun nipah yang rapat dan bertumpuk menjadikan rumah aman dari terpaan air hujan dan panas matahari. Selain itu, diperlukan semacam tangga untuk memasuki rumah panggung yang berdinding kayu tersebut.
“Ayah, aku pulang. Ibu, aku pulang. Lihat ini. Aku bawa ikan gabus yang besar-besar hari ini,” kata Pego sambil menjinjing hasil tangkapannya.
Artikel Terkait
Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Si Pandir
Cerita Rakyat NTT: Kisah Seorang Miskin
Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Seorang Jongos
Cerita Rakyat dari NTT: Pondik dan Pak Tembong
Cerita Rakyat dari NTT: Pondik saart Kalok Uma
Cerita Rakyat Kalimantan Timur: Kisah Si Pego Ingkar Janji