SAMARINDA, VICTORYNEWS-Sahabat victorynrws.id yang budiman, kami tidak akan henti-hentinya menyajikan cerita rakyat dari daerah Kalimantan Timur yang mengandung pesan moral dan falsafah hidup yang sangat bermakna untuk dibaca.
Edisi kali ini victorynews.id akan mengangkat sebuah cerita rakyat dari Kalimantan Timur yang berjudul Kisah Si Pego: Pencarian.
Cerita rakyat dari Kalimantan Timur ini dilansir dari buku Cerita Rakyat Dari Kalimantan Timur dengan Judul Kisah Si Pego yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Berikut, kisahnya:
Tak menunggu lama, Pego berkemas malam itu juga. Semua keperluan perjalanan dimasukkan ke dalam lanjung. Sebelum meninggalkan kampungnya, Pego mampir ke rumah orang tua angkatnya. Ia ceritakan semua peristiwa yang dialaminya sambil menahan air mata dan kesedihan.
“Tenangkan hatimu, Anakku. Tunggulah sampai matahari terbit biarkan pikiranmu jernih dulu malam ini. Kasihan anakmu kalau engkau ajak pergi tengah malam begini apalagi pikiranmu sedang kalut,” nasihat pak Kutoi.
“Terima kasih, Ayah. Saya akan berangkat besok pagi,” Pego menerima nasihat ayahnya.
“Istirahatlah di sini supaya besok badanmu segar,” Ibu Kutoi ikut menyarankan.
“Iya, Ibu. Saya akan istirahat di sini malam ini dan izinkanlah besok saya membawa anak saya untuk mencari ibunya di kayangan,” jawab Pego.
Sang ayah pun tidak dapat menahan keinginan Pego.
“Iya. Kalau itu kemauanmu, kami tidak dapat memaksamu meninggalkan Datun di sini. Hati-hati di jalan. Kami akan selalu merindukanmu di sini. Jaga baik-baik Datun,” kata sang ayah. “Terima kasih, Ayah. Terima kasih, Ibu,” kata Pego sambil memeluk ayah dan ibu angkatnya.
Sinar matahari pagi menerobos sela-sela daun yang cukup lebat. Hutan rimba ini sepertinya tak terjamah manusia. Pego sangat hati-hati dalam berjalan. Keseimbangannya harus dijaga agar tidak terpeleset dan jatuh.
Baca Juga: Jangan Main-Main, Eksam Sodak : PPAT Itu Profesi Beresiko, Tidak Kebal Hukum
Datun masih terlelap dalam lanjung di punggungnya. Pego tidak mempunyai arah tujuan pasti dalam melangkah. Kayangan adalah sebuah tempat yang tak pernah diketahuinya. Tak ada bayangan dalam benaknya wujud kayangan yang sebenarnya.
Waktu terus bergerak. Terang dan gelap silih berganti mengiringi jejak langkah Pego. Hanya cinta tulus kepada istri dan anaknya yang sanggup membuatnya bertahan. Datun pun tak banyak membuat ulah dalam perjalanan. Ia lebih sering tertidur di dalam lanjung yang digendong ayahnya. Datun kecil menjadi semangat sang ayah untuk mencari keberadaan istrinya.
Artikel Terkait
Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Si Nelayan
Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Si Pandir
Cerita Rakyat NTT: Kisah Seorang Miskin
Cerita Rakyat dari NTT: Kisah Seorang Jongos
Cerita Rakyat dari NTT: Pondik dan Pak Tembong
Cerita Rakyat dari NTT: Pondik saart Kalok Uma
Cerita Rakyat Kalimantan Timur: Kisah Si Pego Ingkar Janji
Cerita Rakyat Kalimantan Timur: Kisah Si Pego Api yang Tak Bersahabat