KUPANG, VICTORYNEWS-Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kupang menggelar pelatihan digital security bagi wartawan di Kota Kupang, NTT.
Dalam kegiatan pelatihan digital security tersebut, Djemy Amnifu selaku Ketua Divisi Organisasi AJI Kota Kupang, menjelaskan, memasuki tahun politik dan juga sebagai pekerja media, harus dapat menjaga data keamanan bagi pekerja pers.
"Sebagai pekerja pers, data yang dimiliki harus menjaga keamanan data dari handphone kita, karena di era digitalisasi ini keamanan data sangatlah penting," ujar Djemy.
Baca Juga: Dijuluki KPopers Asal Depok, Ayu Ting Ting Disorot Media Korea Selatan karena Treasure
Menurutnya, jurnalis atau wartawan dalam konteks ini menjadi garda terdepan pembela hak atas informasi yang kerja-kerjanya dilindungi oleh hukum selain sebagai penjaga demokrasi Indonesia.
Jurnalis juga, mengelola informasi dengan melakukan berbagai cara untuk membangun wacana publik dengan menulis dan menyebarkan perkembangan isu di tingkat lokal, nasional dan internasional.
"Kerja-kerja jurnalis untuk menyampaikan informasi kepada publik kian berisiko di era digital. Pihak-pihak tertentu dapat menyusup, mematai-matai aktivitas komunikasi hingga merusak data yang tersimpan di perangkat," jelasnya.
Baca Juga: Keren! 4 Tips Diet saat Puasa Ini Mampu Bikin Kamu Terlihat Lebih Langsing saat Lebaran Nanti
Data AJI juga menunjukkan, jurnalis menjadi target serangan digital seperti doxing dan peretasan. Serangan digital seperti ini, lebih jauh dapat mengancam karier, kredibilitas, bahkan kehidupan keluarga.
"AJI mencatat serangan digital menjadi tren baru yang digunakan sejak 2019 untuk menghambat kerja-kerja jurnalisk. Pada 2020, AJI mendokumentasikan 14 kasus serangan digital dan 5 kasus pada 2021," tambah dia.
Ia menambahkan, untuk jenis serangan digital yang dominan menyerang jurnalis berupa doxing dan peretasan akun media sosial.
"Kemudian jenis serangan pada media yang sering terjadi adalah denial-ofservice (DDoS) dan peretasan terhadap situs. Pelaku serangan digital terhadap anggota AJI dan jurnalis pada umumnya, bisa datang dari pihak-pihak yang merasa tidak senang dengan aktivitas yang dijalankan anggota AJI," terangnya.
Baca Juga: PENASARAN! Yuk Kunjungi 10 Kampung Terunik di Indonesia, Ada Kampung Janda dan Kampung Idiot
Tren di Indonesia buzzer telah digunakan sebagai alat untuk menyerang aktivis atau kelompok kritis di media sosial, termasuk jurnalis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Serangan digital, apapun bentuknya, tak bisa diabaikan karena kerap menjadi pintu masuk terjadinya kekerasan fisik dan seksual, dengan skala lebih luas, serangan digital dapat berdampak secara psikis karena informasi pribadi dapat tersebar masif.***
Artikel Terkait
Maxi Wolor, Mantan Ketua AJI Palu Berpulang
Rekrut Anggota Baru, AJI Kota Kupang : Kode Etik Harus Dijunjung Tinggi
AJI Kota Kupang Jamin Wartawan Profesional Tidak Akan Diganggu
ICW - AJI Kupang Putar Film Pewarta Lawan Rasuah Termasuk Soal Seragam Sekolah di Kota Kupang
Oknum Wartawan FN Bantah Peras MT