AJI Gandeng Google News Initiative Gelar Diskusi Terpumpun di Kupang, Ini Tujuannya

- Sabtu, 16 September 2023 | 23:39 WIB
perwakilan AJI Indonesia Adi Marsela berpose bersama para peserta diskusi terpumpun dalam melawan Disinformasi jelang tahun politik 2024 di Hotel Sotis Kupang, NTT. (victorynews.id/Simon Selly)
perwakilan AJI Indonesia Adi Marsela berpose bersama para peserta diskusi terpumpun dalam melawan Disinformasi jelang tahun politik 2024 di Hotel Sotis Kupang, NTT. (victorynews.id/Simon Selly)

KUPANG, VICTORYNEWS - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggandeng Google News Initiative menggelar diskusi terpumpun di Kupang, Sabtu (16/9/2023).

Diskusi terpumpun yang digelar AJI dan Google News Initiative di ruang Kelimutu Hotel Sotis Kupang itu untuk melawan disinformasi jelang Tahun 2024.

Hadir pada diskusi itu perwakilan AJI Indonesia Adi Marsela dengan dua sesi itu masing-masing diikuti 15 perwakilan instansi organisasi atau lembaga yang berpotensi membentuk Koalisi CekFakta.

Baca Juga: Mahasiswa di Kupang Ditemukan Tewas Tergantung, Jasadnya Sudah Membusuk

Adi Marsela menyebutkan, menjelang tahun politik 2024, informasi digital berkembang pesat dan disinformasi yang menjadi ancaman semakin mengkhawatirkan masyarakat.

Penyebaran informasi hoax secara sengaja, melalui media sosial dan platform digital lainnya sudah merusak individu maupun masyarakat secara umum.

Menurutnya, disinformasi tidak hanya dapat mengancam demokrasi dan keamanan, tetapi juga merusak reputasi organisasi sehingga menyebabkan ketidakpercayaan pada lembaga publik, dan mengganggu proses pengambilan keputusan.

Baca Juga: World Clean Up Day 2023, Komunitas Ana Tana Plus Gelar Parade dan Aksi Pungut Sampah di Kota Waingapu

"Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat modern ini, kolaborasi lintas sektor dan usaha bersama dari pemerintah, swasta, media, dan masyarakat sipil menjadi krusial dalam melawan disinformasi dan memastikan kebenaran informasi yang lebih terjamin," ujar Adi Marsela.

Persebaran disinformasi yang masif dan cepat melalui internet, kata dia, telah mengubah paradigma penyampaian informasi dan komunikasi di masyarakat.

"Disinformasi dapat muncul dalam bentuk berita palsu, rumor, propaganda, dan manipulasi citra. Selain itu, perilaku algoritma di platform media sosial dapat memperkuat fenomena 'filter bubble' yang dapat membatasi akses pengguna ke perspektif dan informasi yang beragam, sehingga memperparah perpecahan dan ketidaksepahaman," jelasnya.

Baca Juga: Mahasiswa Politeknik Negeri Kupang Juara I Kompetisi Making Bed and Towel Art 2023

Dengan demikian, untuk melawan disinformasi membutuhkan kerja sama antara para ahli teknologi, akademisi, jurnalis, dan pengambil keputusan.

Tujuannya, untuk mengembangkan pendekatan kolaboratif yang holistik dan efektif dan pentingnya kolaborasi dalam upaya melawan disinformasi juga tercermin dalam tantangan yang dihadapi oleh upaya individu dan organisasi.

Halaman:

Editor: Paschal Seran

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Demi Prabowo, SBY Siap Turun Gunung

Senin, 18 September 2023 | 15:54 WIB
X