Petani di Manggarai Barat, Buat Pupuk Organik untuk Selamatkan Alam dan Merdeka dari Tengkulak

- Selasa, 30 Mei 2023 | 08:20 WIB
Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi bersama sejumlah kepala instansi sedang melaksanakan Panen Raya perdana padi organik di Kecamatan Lembor (victorynews.id/SATRIA)
Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi bersama sejumlah kepala instansi sedang melaksanakan Panen Raya perdana padi organik di Kecamatan Lembor (victorynews.id/SATRIA)

LABUAN BAJO, VICTORYNEWS- Di tengah isu pemanasan global dan perubahan iklim yang tidak menentu, para petani di Dusun Pong Nombong, Desa Paleng, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, melakukan berbagai upaya untuk penyelamatan lingkungan khususnya pertanian.

Salah satu upaya yang mereka lakukan adalah membuat pupuk organik cair untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian khusus padi. Mereka menghasilkan pupuk organik yang diolah dari bahan-bahan lokal yang ada di sekitar. Pengolahan pupuk organik itu dibimbing oleh salah seorang guru yang telah makan garam dengan pertanian organik.

Alhasil, di tahun 2023, mereka sudah beralih dari pupuk kimia ke organik yakni Jadam, Eco Enzym, dan Biosaka.

Baca Juga: Ditjen Perbendaharaan NTT : Penyaluran Dana Desa Capai 672 Miliar di NTT, Kabupaten Rote Ndao Tertinggi

Petani Dusun Pong Nombong, Kecamatan Lembor, Antonius Kaus (63), Selasa (30/5/2023) menuturkan, sawah miliknya seluas setengah hektare, sebelumnya menggunakan pupuk kimia. Menggunakan pupuk kimia,  harus merogo kocek hingga Rp 1.500.000 untuk menyuburkan padi.

"Satu musim, minimal enam karung pupuk kimia saya beli. Biayanya Rp 1.500.000. Hasilnya tergantung. Kadang 1, 5 ton. Kadang juga 2,5 ton," tutur Antonius. 

Sebagai petani, kata dia, biaya itu tentu sangatlah besar. Belum lagi, saat padi terserang hama. Di situ, petani harus kembali mengeluarkan biaya untuk membeli pestisida kimia.

Baca Juga: Siap-Siap, Menteri Sandiaga Uno Bakal Ajak Lionel Messi dan Pemain Timnas Argentina Berkunjung ke Labuan Bajo

Namun, di tahun 2023, dirinya memutuskan untuk beralih dari kimia dengan menggunakan pupuk organik yakni Jadam, Eco Enzym dan Bioska. Pupuk itu diolah sendiri. Tidak membutuhkan biaya besar dan waktu yang terlalu lama.

Dengan menggunakan pupuk organik dirinya tidak lagi mengeluarkan biaya Rp 1.500.000 seperti selama menggunakan pupuk kimia.

"Tahun ini hanya saya hanya keluarkan uang Rp 50 ribu untuk buat pupuk organik. Jauhnya beda sekali. Tidak bisa dibanding," ujarnya.

Saat ini juga, kata dia, hama padi bisa dikendalikan dengan obat organik yang dibuat sendiri.

"Selama pakai pupuk organik ini satu saja penyakit, padinya merah saat umur 1 bulan lebih. Itu bisa diatasi obat organik, bahan-bahannya juga ada di lingkungan sekitar," ujarnya.

Baca Juga: Setelah Hampir Dua Jam Mediasi, Natasha Rizky dan Desta Sepakat Bercerai

Dirinya mengaku bersyukur karena Keuskupan Ruteng dan PT Ekosis mendampingi para petani di dusun itu menggunakan pupuk organik, Jadam, Eco Enzym, dan Bioska untuk menggantikan pupuk kimia.

Halaman:

Editor: Gerasimos Satria

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Warga Keluhkan Jalan Rusak dan Air Bersih

Rabu, 27 September 2023 | 16:41 WIB
X