BORONG, VICTORY NEWS-Stigma di masyarakat kerap kali membuat penyandang disabilitas mengalami diskriminasi.
Mereka kerap dianggap tak produktif, tidak bisa berprestasi, bahkan dicap sebagai beban dalam masyakarat. Sehingga perjuangan hidup penyandang disabilitas kian berat.
Namun tidak berlaku demikian bagi Yonti Selus (36), penyandang disabilitas dari Kampung Parang, Desa Golo Ndele, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), NTT yang mampu bertahan hidup dengan menganyam rotan.
Kepada victorynews.id, Minggu (19/06/2022),pria kelahiran 1986 itu mengungkapkan bahwa sejak lahir memang kondisi fisiknya tidak sempurna (cacat), kedua kakinya tidak dapat berfungsi.
Baca Juga: PT SIS Sebut Permintaan All New Ertiga Tinggi di Kota Kupang
Namun semangat juangnya untuk berkreasi melalui karya seni anyaman rotan tidak memudar.
“Awalnya sempat sedih karena ada pandangan hanya manusia normal saja yang sanggup melakukan semua jenis pekerjaan, namun menyadari kemampuan yang saya miliki, saya pun mulai menekuni menganyam rotan sejak lima tahun silam. Seiring waktu berputar, Tuhan mendengar doa saya, sehingga karya sederhana ini hasilnya sudah bisa dinikmati sekaligus menjadi penopang ekonomi dalam memenuhi kelangsungan hidup keluarga saya sekarang,"ungkapnya.
Ia mengisahkan banyak hasil anyaman rotan yang sudah dikerjakannya tersebut, seperti pembuatan tas jinjing, topi koboi, piring dan tudung saji, dengan beragam motif sesuai pesanan pelanggan, sedangkan harga pasaran tergantung pada jenis dan model barangnya.
“Hasil jenis anyaman sudah banyak, ada tas, topi, piring dan tudung saji dengan motif beda-beda. Karya anyaman ini sudah dipasarkan sampai ke Labuan Bajo dengan harga jual berkisar dari Rp50.000 sampai Rp300.000," ungkap Yonti, begitu dia akrab disapa.
Baca Juga: Suzuki All New Ertiga Hybrid Hadir di Kota Kupang, Ini Keunggulannya
Dalam mengembangkan karyanya, Yonti mengaku banyak mengalami kendala, di antaranya susah untuk mendapatkan bahan baku seperti rotan dan belum ada investor yang mau membantu memasarkan hasil kreativitasnya ini.
“Kendala dalam proses anyaman mulai dari bahan dasar seperti rotan sudah sangat sulit untuk kita temui, tambah lagi kondisi fisik saya yang berjalan dengan menggunakan tongkat saja,”pungkasnya
Yonti berharap ada perhatian khusus dari Pemkab Matim dan orang-orang berhati baik dalam membantu dan mempromosikan hasil kerajinan tangannya.
“Hanya pekerjaan ini yang membantu saya dan keluarga dalam menyambungkan hidup sehari-hari. Saya berharap ada orang baik bisa memperhatikan sekaligus mendatangkan investor untuk mengekspor hasil karya saya ini," tutup Yonti sembari menyeka air mata yang membasahi pipinya.***
Artikel Terkait
7 Catatan Penting dari Penyandang Disabilitas untuk Pemprov NTT
BMKG Butuh Sinergitas Untuk Sampaikan Informasi Bencana Yang Ramah Disabilitas
Program Futuremakers Sasar Ratusan Perempuan Muda dan Disabilitas NTT
Keluarga Tionghoa Kota Kupang Beri Santunan Bagi Aldo, Disabilitas Asal Bajawa
Disdukcapil Kota Kupang Buka Layanan Khusus Disabilitas, Ibu Hamil dan Lansia
Tahun 2022, Ada 1.027 Penyandang Disabilitas di Kabupaten Kupang NTT
Pemkab Kupang Berkomitmen Perhatikan Kebutuhan Kaum Disabilitas