SEBAGIAN besar masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak asing dengan judul di atas. Tetapi jauh sebelum itu, orang mengidentikan NTT dengan Nasib Tidak Tentu.
Anggapan ini disematkan karena kondisi NTT yang pada saat itu sangat memprihatinkan.
Angka kemiskinan, stunting, kematian ibu dan bayi yang masih sangat tinggi, bahkan tingkat korupsi yang sangat menjulang merupakan bagian yang tak terpisahkan sematan Nanti Tuhan Tolong pada provinsi kepulauan ini.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Gubernur VBL (Komitmen Bangun NTT)
Padahal ada banyak potensi yang dimiliki Provinsi ini yang bisa dikerjakan dan dioptimalkan secara baik untuk mengatasi berbagai kemelut di NTT.
Kemelut itu berlangsung sangat lama, sehingga masyarakat NTT pada waktu itu berprinsip bahwa 'walaupun miskin intinya bisa hidup'. Dari sinilah istilah Nasib Tidak Tentu sering diplesetkan pada provinsi ini.
Istilah Nasib Tidak Tentu ini perlahan-lahan mulai hilang, tatkala harapan Nanti Tuhan Tolong mulai digaungkan. Tidak sedikit masyarakat seakan berbangga dan pukul dada bahwa Nusa Tenggara Timur akan ditolong. Harapan itu selalu digaungkan bahkan selalu diperkenalkan pada orang baru yang datang ke NTT.
Baca Juga: NTT Juara 3 Penyelenggaraan Pembangunan Jalan Terbaik di Indonesia
Tanpa berpikir, tanpa berinovasi, bahkan tanpa bekerjapun orang tetap mengandalkan istilah ini. Seakan 'berjudi' dengan waktu untuk melihat apakah NTT akan maju di kemudian hari? 'Nanti', kapan ? Tuhan Tolong. Apakah Tuhan akan menolong orang yang hanya pasrah dengan keadaan?
Saat Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur dijabat oleh Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) dan Josef A Nae Soi (JNS) periode 2018 - 2023, harapan bagi para pengumandang Nanti Tuhan Tolong semakin besar.
Artikel Terkait
Pertumbuhan Ekonomi NTT Membaik
Empat Ruas Jalan Provinsi Dalam Kota Siap Dieksekusi
Ekonomi NTT Triwulan III Mengalami Pertumbuhan 2,37 persen