Ekonomi negara-negara di dunia sangat melambat dan menurun: dunia khawatir kalau keadaan sulit ini berkepanjangan.
Masyarakat bergerak di ruang publik dengan sangat kuawatir: siapa pembawa (carrier) virus Covid-19, jangan-jangan orang yg ini? Kita seolah bertemu musuh! Malah jarak antar orang, sekarang, dibatasi di atas satu meter.
Sekolah-sekolah dan Perguruan-perguruan Tinggi libur, atau beraktivitas secara daring (e-learning).
Bagaimanakah mendengar suara Tuhan di dalam “badai” ini? Negara super power pun tidak mampu. Manusia, sesungguhnya “rapuh”, sangat rentan untuk sakit dan mati: “fana”!
Oleh karena itu manusia, mestinya sadar, ia sangat memerlukan Allah yang hidup, yang kekal, yang Pengasih: yang Baka! Mengandalkan Allah yang hidup sama dengan yang mencintai kehidupan milik-Nya: sesama dan alam ciptaan-Nya. Alkitab: Allah yang pengasih bisa datang melalui hukuman.
Baca Juga: Wabup Manggarai Heri Ngabut: Jangan Gunakan BLT untuk Beli Sopi
Menghukum pelanggaran “manusia pertama”, air bah; menghukum kejahatan manusia, tulah di Mesir: menghukum penindasan penguasa Mesir atas umat-Nya, menara Babil; menghukum kesombongan manusia, pembuangan Israel ke Babil; menghukum penindasan pemimpin/penguasa umat yg berbuat tidak adil, menindas, kaumnya, terutama yang lemah, janda dan yatim.
Konsekuensi hidup sebagai manusia yang rapuh ketika menghadapi bencana, yang pertama mengandalkan (= beriman kepada) Allah yang terandalkan (Sumber Hidup, Yang tidak kenal sakit dan mati: Baka!), bukan kepada IPTEK! Sebab IPTEK pun tidak mampu, terbatas! Yang kedua bersikap dan berperilaku rasional (rasio, alat yang Tuhan karuniakan), dan bijak, memaksimalkan upaya-upaya kebaikan mengatasi Covid-19.
Covid-19 datang di saat perilaku kekerasan mengganti cinta kasih.
Fakta-fakta kekerasan: Manusia dengan manusia: KDRT, antar kelmpok masyarakat (etnis, agama, ras, antar negara); perang ekonomi, dan perang dingin persenjataan di antara sejumlah negara. Ini mengancam kehidupan milik Allah. Manusia dengan bumi/alam: fenomena climate change dengan segala dampak buruknya; dan kini: sampah plastik yang luas mengancam kehidupan, baik di darat maupun di perairan (sungai, danau, dan laut).
Artikel Terkait
Jelang Perayaan Paskah, Brimob Polda NTT Sterilisasi Empat Gereja Besar di Kota Kupang
Jelang Paskah, ASN di Ende Libur Tanpa Surat Edaran Bupati
Via Dolorosa