Mohammad S Gawi
Pernakah Anda melihat Ulat Bulu?. Sebangsa makhluk Allah yg ditundukkan untuk menjalani hidup tak seberuntung manusia. Dengan tubuh yang jauh dari sempurna, dia menghabiskan hampir semua hidupnya di dahan yang rimbun, tercekam dalam dinginnya malam dan berpeluh keringat dengan teriknya siang. Guna melancarkan siklus hidupnya, dia melalap daun-daun hijau yang ada di sekitarnya.
Setelah menjalani hidup sekitar 14 sampai 20 hari dan berganti kulit 4 hingga 5 kali, sang ulat berubah menjadi kepompong. Dalam bentuk kepompong, dia menjalani puasa selama 16 hari dalam "rumah" kecil yang pengap. Di situ dia mengkonsolidasi diri. Dua hari setelah masa puasa berakhir, kepompong tadi menjelma menjadi kupu-kupu.
Kini; dia memasuki dunia baru dengan habitat dan tabiat baru. Dalam nuansa warna-warni, kupu kupu beterbangan seakan mempertontonkan tubuhnya yang sempurna penuh pesona di atas taman bunga, sembari sesekali menukik ke putik kembang untuk menikmati nutrisi dan saripati.
Nah; pelajaran apa yang kita peroleh pada siklus metamorfosa dari ular menjadi kupu-kupu? Kita sudah masuk ke bulan syawwal 1443 hijriah, kita umat beriman meraih predikat baru; menjadi insan yang muttaqin, tentu saja bagi yang lulus ujian. Titel tertinggi itu kita rengkuh setelah sebulan penuh berada dalam Kepompong Ramadhan.
Selama dalam "kepompong" itu, kita telah menjalani ujian yang amat berat; menghindari segala kenikmatan dan tak boleh melakukan apa yang menjadi hak dan halal di bulan lain. Kita mengisi masa itu dengan berbagai bentuk ibadah; ubdiyah dan muammalah.
Maka; pantas kiranya kita keluar dari kepompong ramadhan dalam bentuk yang mulia, menjadi manusia muttaqin sebagaimana sang ulat, si makhluk dekil itu, yang berganti kulit menjadi kepompong, kemudian menjalani masa konsolidasi, untuk selanjutnya berubah menjadi makhluk yang indah dengan habitat dan tabiat yang bermartabat; kupu-kupu.
Inilah metamorfosa umat beriman dari makhluk terkekang menjadi insan pemenang; setelah mampu menundukkan hawa nafsu. Dan, ingat!!! Kupu-kupu menebar pesona tidak hanya kepada orang dan kelompok tertentu, namun kepada semua lingkungan. Inilah tampilan umat Islam pilihan yang menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamiin).
Umat Islam Indonesia, khususnya umat Islam NTT, marilah menjadi teladan dalam merajut benang persaudaraan dan menebar khitmah kepada sesama anak bangsa yang berbeda suka, agama dan golongan. Seperti kupu-kupu yang menebar pesona kepada semua yang ada di lingkungannya.
Demikianlah Allah memerankan mahkluknya guna menjadi tamsilan bagi siklus kehidupan manusia, yang dinisbatkan sebagai makhluk paling sempurna, sekaligus sebagai teladan dalam membangun toleransi.
Artikel Terkait
Rayakan Idul Fitri, 17 WBP di Lapas Kelas II A Kupang Terima Remisi
Nelayan Kota Kupang Kembali Pawai Takbiran Idul Fitri 1443 H di Laut