DUNIA modern hingga postmodern didikte oleh paradigma baru yaitu Machenschaft. Paradigma ini melahirkan cara pandang baru terhadap realitas yang ada.
Realitas yang ada seharusnya dipandang sebagaimana adanya tapi kini dipandang dalam rekayasa pengetahuan dan teknologi.
Menurut saya, tulisan Mattew Fraser dan Soumitra Duta, hendak memproyeksi identitas manusia yang ditandai oleh kekuatan mesin (machenschaft). Kekuatan mesin melampaui kekuatan manusia.
Manusia digerakkan oleh mesin dalam melahirkan realitas, relasi, dan identitas baru. Identitas baru yang diciptakan oleh kekuatan mesin ini bersifat ilusi.
Walau demikian, orang-orang postmodern mengingininya sebagai sebuah kebutuhan baru bahkan sebagai The Second Life.
Manusia Pencari Identitas
Mattew Fraser dan Soumitra Duta, dalam bukunya yang berjudul “Throwing sheep in the Boardroom; How online social networking will transform your life, work, and world”, memberi cara pandang baru terhadap pencarian dan penemuan identitas.
Antropologi modern adalah ‘pencari identitas’. Tesis dasar adalah perbedaan antara dunia nyata (real-world) dan identitas semu (virtual identity).
Baca Juga: HUT Pattimura ke-205, Tradisi Makan Patita Memberi Makna Kebersamaan Warga NTT Asal Maluku
Perbedaanya: identitas di dunia nyata dikonstruksikan berdasarkan nilai-nilai sosial sesuai dengan nilai-nilai institusional. Sedangkan dunia maya menciptakan ruang yang lebih luas dalam memfasilitasi pemalsuan identitas pribadi.
Artikel Terkait
Tumbuh 5,01 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Atas Rata-Rata Dunia
Gubernur VBL Sebut Lobster NTT Terbaik di Dunia Setelah Vietnam
Breaking News! Anggota DPRD NTT Anselmus Tallo Meninggal Dunia
Global Covid-19 Summit, Presiden Jokowi Ajak Dunia Kolaborasi Beeantas Pandemi