Pertama, pengetahuan di bidang kepemiluan, berkaitan dengan apa dan bagaimana pemilu dilakukan. Kedua, perspektif tentang urgensitas pemilu, berkaitan dengan filosofi pemilu: mengapa pemilu dilakukan dan apa pengaruh pemilu bagi kepentingan anak muda Indonesia. Ketiga, kemandirian memilih, berkaitan dengan apa yang mereka harapkan dari pemilu sehingga mereka dapat secara merdeka memilih pilihannya.
Keempat, antusias mendorong terlaksananya pemilu sesuai asas langsung, umum, bebas dan rahasia (LUBER), berkaitan dengan antusias mereka untuk memastikan pemilu berjalan dengan baik dan benar karena adanya keyakinan bahwa pemilu menjadi sarana menuju perbaikan bangsa dan Negara. Dan untuk menguraikan kondisi pemilih pemula di NTT berdasarkan keempat hal di atas, perlu mengikutsertakan indikator NTT di dalamnya, seperti kondisi budaya dan kemajuan teknologi di NTT.
Pertanyaan berikut ini dapat dijadikan alat ukurnya, yaitu: apakah pemilu sakral untuk dilaksanakan dengan benar; dan apakah informasi tentang pemilu diterima dengan baik oleh pemilih pemula di perkotaan dan pedesaan.
Dalam konteks budaya, pemujaan dalam bentuk ritual khusus dilakukan terhadap suatu kondisi yang dianggap penting untuk keberlangsungan hidup kelompok masyarakat tertentu.
Misalnya, dalam budaya pertanian di NTT ritual buka kebun baru wajib dilakukan dengan panduan keabsahan (sakral/tidaknya) ritual itu tergantung pada ketaatan terhadap syarat untuk membuka kebun baru.
Salah satu syarat itu bisa berupa penyembelihan binatang tertentu dengan spesifikasi tertentu pula. Jika syarat-syarat sakral ini ada yang tidak terpenuhi/dilanggar, maka kebun tersebut diyakini tidak akan memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Pada akhirnya, masyarakat akan berhadapan dengan ancaman kelaparan karena gagal panen dan sebagainya. Pemilu idealnya wajib dipandang sakral dilakukan dengan benar. Nilai keabsahannya (sakral/tidaknya) diletakkan pada ketaatan semua pihak melaksanakan pemilu sesuai asas LUBER itu.
Dengan kata lain, jika ada salah satu unsur dalam asas LUBER yang dilanggar, maka akan ada ancaman bahaya, dimana pemerintahan yang dihasilkan dari pemilu tidak akan mampu mengsejahterakan rakyatnya, bahkan bisa jadi membawa masyarakat menuju kemiskinan yang semakin parah.
Pemilih kemudian akan dengan sadar dan taat memilih tokoh atau partai politik yang benar-benar diyakini mampu mengsejahterakan mereka.
Selain budaya, akses masyarakat terhadap informasi bidang kepemiluaan juga merupakan indikator penentu penting lainnya. Pemilih pemula NTT perlu disajikan informasi tentang apa itu pemilu, mengapa harus memilih dengan asas LUBER, bagaimana profil tokoh dan partai politik yang akan dipilih, serta bagaimana memastikan pemilu berjalan dengan baik dan benar, NTT adalah provinsi kepulauan yang penduduknya tinggal hingga di pulau-pulau dan daerah pegunungan yang sulit dijangkau.
Harapannya, para pemilih termasuk pemilih pemula yang tinggal di daerah terpencil ini terpapar pula informasi-informasi ini karena informasi-informasi inilah yang mendasari keinginan masyarakat untuk menjaga kesakralan pemilu.
Pemilu dan Pemilihan serentak di 2024 adalah pesta demokrasi yang harus dinikmati bersama oleh semua warga Negara Indonesia, termasuk remaja dan pemuda yang akan perdana menggunakan hak pilihnya nanti.
Keutuhan dan kedaulatan bangsa juga menjadi taruhannya, apabila kelompok ini tidak dianggap penting untuk menegakkan demokrasi sebagai napas hidup berbangsa dan bernegara Indonesia.
Penyelenggara pemilu dan semua pihak perlu melakukan kerja-kerja kolaboratif yang membuka partisipasi aktif para Pemilih Pemula agar sebagai generasi penerus bangsa, mereka merasa memiliki Negara salah satunya melalui ajang Pemilu dan Pemilukada.
(Magdalena Yuanita Wake)
Artikel Terkait
Pikat Pemilih Pemula, KPU Kota Kupang Edukasi Pemilu Lewat Mural