Observatorium Nasional Timau

- Rabu, 2 November 2022 | 15:00 WIB
Proyek Observatorium Nasional yang dibangun di kaki Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur akan selesai dibangun tahun 2023. (BRIN)
Proyek Observatorium Nasional yang dibangun di kaki Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur akan selesai dibangun tahun 2023. (BRIN)

 Abdul Rachman
Koordinator Stasiun Observasi Nasional Kupang
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Tahun 2023 diharapkan akan menjadi momen bersejarah dalam riset antariksa di Indonesia. Mengapa? Karena pada tahun itulah ditargetkan instrumen utama proyek Observatorium Nasional yang dibangun di kaki Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur selesai dibangun.

Instrumen utama tersebut berupa sebuah teleskop dengan cermin berukuran 3.8 meter yang akan menjadi teleskop terbesar di Asia Tenggara dan termasuk ke dalam 25 teleskop optik terbesar di dunia.

Melalui keberadaannya, diharapkan astronomi Indonesia akan kembali menjadi yang terdepan di Asia Tenggara seperti pernah diraih sebelumnya melalui keberadaan Observatorium Bosscha. Dengan beroperasinya teleskop 3.8 m di Timau maka dipastikan produktivitas ilmiah bangsa kita di bidang astronomi akan meningkat pesat.

Negara tetangga yang sudah merasakan hasil serupa adalah Thailand berkat teleskop berukuran 2.4 m yang selesai dibangun pada tahun 2013.

(BRIN)

Observatorium Nasional Timau, demikian nama observatorium yang berketinggian sekitar 1300 meter dari permukaan laut ini, akan melengkapi Observatorium Bosscha yang berada di Lembang, Jawa Barat dalam konteks riset antariksa di Indonesia. Observatorium Bosscha, yang berdiri pada tahun 1923, saat ini masih beroperasi namun kondisi cuaca yang semakin sering mendung dan semakin intensnya polusi cahaya akibat perkembangan pemukiman di sekitarnya yang tidak sejalan dengan visi sebuah observatorium telah menurunkan produktivitasnya.

Tidak tersedianya teleskop optik berukuran di atas 1 meter juga menyulitkan Observatorium Bosscha untuk mengamati benda-benda langit yang sangat redup yang akan selalu menjadi target dalam astronomi.

Teleskop 3.8 m di Timau akan memperbaiki kondisi ini dengan kemampuannya yang lebih baik untuk mengamati benda-benda semacam itu berkat ukuran yang lebih besar dan kondisi langit yang lebih baik karena lebih gelap dan lebih bersih dari polusi cahaya dan udara.

Tonggak penting dalam proyek pembangunan Observatorium Nasional Timau (yang untuk selanjutnya disingkat Obsnas Timau atau Obsnas) dimulai pada tujuh tahun silam. Itu ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama pada 7 Oktober 2015 antara 5 pihak yakni Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Nusa Cendana (UNDANA), Pemerintah Provinsi NTT, dan Pemerintah Kabupaten Kupang. Setahun kemudian master plan Obsnas Timau selesai dibuat.

Demikian juga dengan master plan Kantor Operasional dan Pusat Sains yang berlokasi di dekat Bendungan Tilong, Kupang, beserta dokumen analisis dampak lingkungan Obsnas. Tahun 2017 dimulailah kontrak tahun jamak pembuatan teleskop optik 3.8 m dan kubahnya selama 4 tahun. Pembuatan teleskop dan kubahnya tersebut dipercayakan kepada sebuah perusahaan dari Jepang yang sudah cukup berpengalaman dalam mengerjakan proyek serupa. Tahun berikutnya dimulai kontrak tahun jamak selama 2 tahun pembangunan gedung teleskop 3.8 m yang proyeknya dikerjakan oleh kontraktor dari Indonesia.

(BRIN)

Jika berdasarkan jadwal kontrak maka seharusnya Obsnas Timau sudah beroperasi sejak tahun lalu tapi kenyataannya tidak. Penyebab utamanya adalah hingga pertengahan 2019, kondisi jalan yang mengarah ke Timau dari jalan nasional sebagian masih berupa jalan tanah; yang beraspal pun sudah rusak. Kondisi ini belum memungkinkan untuk mobilisasi kendaraan berat yang dibutuhkan untuk pemasangan kubah pada tahun itu.

Selain itu, ada dua buah jembatan yang ternyata perlu penguatan agar aman dilewati oleh crane yang berbobot di atas 30 ton. Crane berukuran besar ini sangat penting nilainya bagi kesuksesan pemasangan kubah dan teleskop nantinya.

Halaman:

Editor: Beverly Rambu

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Politik dalam Budaya

Selasa, 23 Mei 2023 | 12:41 WIB

Misi Gereja Masa Kini

Rabu, 17 Mei 2023 | 20:03 WIB

Antara Urusan Politik dan Urusan Keluarga

Jumat, 12 Mei 2023 | 06:55 WIB

Polisi Kembali Kepada Jati Dirinya

Senin, 8 Mei 2023 | 23:59 WIB

Pemilu 2024 dan Kepemimpinan Daerah

Kamis, 4 Mei 2023 | 09:50 WIB

Pangan di Jemari Perempuan Tani

Kamis, 20 April 2023 | 12:17 WIB

Antara VBL, ESK, dan Kelor Perubahan

Selasa, 18 April 2023 | 13:36 WIB

Membaca Moral-Menggugat Kekuasaan

Selasa, 28 Maret 2023 | 23:43 WIB
X