Fenomena Belis: Wajah Baru Kekerasan?

- Jumat, 25 November 2022 | 13:25 WIB
Fr Kristianus Fosterman, OCD (Dok. Fr Kristianus Fosterman, OCD)
Fr Kristianus Fosterman, OCD (Dok. Fr Kristianus Fosterman, OCD)

MANUSIA adalah pencipta sekaligus produk dari kebudayaan. Ia menciptakan sekaligus dibentuk dalam kebudayaan yang diciptakannya itu.

Paradigma, pola pikir, dan mentalitasnya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan di mana dia dibentuk.
Kebudayaan itu selalu merupakan kebudayaan dari suatu komunitas atau masyarakat adat.

Nilai-nilai kebudayaan tersebut tertanam secara inheren dalam diri masyarakat itu. Itulah yang menjadi identitas kultural mereka.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Pengantaran Belis untuk Perempuan Lembata di Kota Kupang NTT

Nilai-nilai kebudayaan yang dihayati oleh masyarakat tertentu, diaplikasikan dan dipertegas, serta semacam memperoleh legalitasnya di dalam praktik-parktik kebudayaan.

Praktik-praktik kebudayaan tersebut memperteguh dan memperkokoh nilai-nilai kebudayaan yang dihayati masyarakat atau komunitas adat tertentu.

Tidak jarang hal ini menyebabkan praktik-praktik kebudayaan itu menjadi rigoristik dan eksklusif. Inilah yang saya sebut kemapanan kultural.

Baca Juga: WOOOW.... Ini Kolaborasi Terbaru BLACKPINK dan Orea untuk Para Penggemar

Sehingga acapkali masyarakat yang menghayati kebudayaan tertentu akan berusaha untuk melanggengkan status quo mereka.

Praktik Belis Dan Martabat Manusia
Belis pada hakikatnya adalah luhur, karena selain merupakan warisan para leluhur yang mesti terus dilestarikan, juga memiliki nilai etis-moral di dalamnya.

Menurut Hans Daeng (1985:307), belis merupakan seluruh prosedur pemberian sejumlah barang yang banyaknya dan jenisnya sudah ditentukan oleh adat berdasarkan status sosial genealogis dari pihak pengambil istri kepada pihak pemberi istri secara timbal balik.

Baca Juga: AFP NTT Bentuk Tim Talent Untuk Pencarian Atlet Futsal Pra PON, PON 2024 dan PON 2028

Secara sederhana praktik belis dapat dipahami sebagai praktik pemberian mas kawin dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan (dalam budaya patrilineal).

Belis secara esensial memiliki makna simbolis sebagai ungkapan penghargaan terhadap harkat dan martabat perempuan.

Halaman:

Editor: Paschal Seran

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Partisipasi Gereja Dalam Tahun Politik

Sabtu, 25 Februari 2023 | 20:09 WIB

Mengenal Radang Telinga Tengah Akut

Minggu, 22 Januari 2023 | 20:29 WIB

Gotong Royong Membangun Pengawasan Partisipatif

Kamis, 12 Januari 2023 | 16:21 WIB

Laut

Kamis, 12 Januari 2023 | 04:00 WIB

Angka yang Miskin Nilai

Senin, 9 Januari 2023 | 18:27 WIB

Requiem untuk Sahabat

Minggu, 8 Januari 2023 | 15:47 WIB

Internet; Ilusi Pengetahuan?

Jumat, 30 Desember 2022 | 09:27 WIB

Argentina yang Unik dan Pembelajaran untuk Kita!

Selasa, 20 Desember 2022 | 12:43 WIB

Fenomena Belis: Wajah Baru Kekerasan?

Jumat, 25 November 2022 | 13:25 WIB

Observatorium Nasional Timau

Rabu, 2 November 2022 | 15:00 WIB

Regsosek: Optimisme Program Perlindungan Sosial

Senin, 17 Oktober 2022 | 14:22 WIB

Literasi: Batu Sendi Kompetensi dan Prestasi

Kamis, 13 Oktober 2022 | 21:59 WIB

Pelajaran Berharga Stunting yang Dianggap Spot Wisata

Senin, 10 Oktober 2022 | 09:50 WIB
X