Oleh Ansel Deri
(Wartawan asal Lembata, tinggal di Jakarta)
SATU lagi seorang wartawan asal Nusa Tenggara Timur meninggal dunia. Yohanes Wao Lewar (48), wartawan harian Media Indonesia dan kontributor televisi swasta nasional MetroTV di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Pulau Flores, meninggal dunia.
John Lewar, sapaan akrabnya, berpulang pada Sabtu (7/1/2023) di Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo. Sejak Minggu (25/12/2022), Lewar, wartawan asal Pulau Solor, Flores Timut itu ia bertaruh nasib melawan stroke yang mendera sebelum ajal menjemputnya.
John Aja, rekan kerja Lewar, melalui grup WhatsApp “Forum Wartawan NTT Dunia”, Sabtu (7/1/2023) pukul 17.05 WIB menulis kabar duka berpulangnya Lewar. John Aja mengabarkan, rekan John Lewar berpulang ke pangkuan Sang Khalik setelah mengalami stroke sejak 25 Desember 2022.
Baca Juga: Penyiar BBC dan TVRI Asal Alor, Provinsi NTT Tutup Usia
“Mohon doa untuk keselamatan kekal John Lewar. Semoga beristirahat dalam damai abadi di Surga,” kata John Aja dalam grup, yang dipimpin jurnalis Agustinus (Gusti) Tetiro. Yohanes Donbosko (John) Aja, Manager Gathering Media Group News mengaku, Lewar dikenal John sebagai sosok pintar, rendah hati, dan peka melaporkan peristiwa muthakir dan berkualitas dari daerah.
Kabar berpulangnya Lewar di media milik tokoh pers dan pengusaha nasional Surya Paloh, seakan menggandakan rasa kehilangan seorang sahabat baik di kalangan jurnalis, terutama dari tanah Flobamora pada bulan pertama awal 2023. Sebelumnya, Hasan Asy'ari Oramahi, seorang jurnalis senior menghembuskan nafas terakhir pada Kamis (5/1/2022) di rumahnya, Jalan Nusa Kenari 46, Kelurahan Cinangka, Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa Barat.
Oramahi adalah mantan penyiar RRI, BBC London dan wartawan TVRI era 80-an. Wartawan senior NTT itu lahir di kampung Alor Kecil, Kecamatan Alor Barat Laut. Oramahi juga bukan sekadar wartawan dengan jam terbang menjulang. Ia juga penulis buku dan pengajar di berbagai perguruan tinggi sebelum pensiun dari dunia para kuli disket.
Baca Juga: Miliki Narkoba, Mahasiswa Asal Pulau Sumba Tertangkap di Kamar 104 Hotel Olimpic Lewoleba
Penggalan kisah
Selama menggeluti dunia tulis-menulis sejak masuk kuliah hingga melangkah lebih jauh menjadi wartawan di Jakarta, baik Lewar maupun Oramahi nyaris tak pernah bersua. Lewar hanya bersua di jagad maya. Lalu akrab sebagai sesama anak Lamaholot, etnis jumbo yang menyebar di sebagian wilayah daratan Flores bagian timur, Pulau Solor, Adonara, Lembata, dan Alor di ujung timur Lembata.
Waktu mempertemukan saya dengan Lewar saat berlangsung kampanye Calon Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat-Calon Wakil Gubernur Josef A Nae Soi pada Pemilihan Gubernur Nusa Tenggara Timur tahun 2018 di Labuan Bajo, ujung barat Flores. Perjumpaan itu kian mengakrabkan kami sesama rekan seprofesi dari tanah Lamaholot.
Tak jauh dari sebuah hotel di Manggarai Barat, kami ngalor ngidul soal perjalanan pengabdian di dunia jurnalistik dengan aneka tantangan beragam. Mulai dikejar deadline, angle berita, tantangan hingga ancaman akibat berita yang sudah diketahui dan menjadi konsumsi publik.
Baca Juga: 5 Efek Positif Bermain Lato-Lato Pada Anak
“Reu (saudara), jeman sekarang, wartawan memang harus selalu resah. Resah kalau misalnya dikejar deadline, mencari angle menarik atau gangguan internet. Jadi kita (wartawan) ini bukan saja dilabeli watch dog. Kita tetap setia mengabdi masyarakat demi meraih kebaikan bersama,” kata Lewar. Kami tertawa dan larut dalam obrolan segar tengah malam.
Artikel Terkait
Penyiar BBC dan TVRI Asal Alor, Provinsi NTT Tutup Usia