"Logo Taan To'u, tapi orang di luar Lembata memandang satu pulau tiga wajah, dan mudahan-mudahan apa yang disampaikan ini dialami semua kita," kata Thomas.
Kalau pemerintah, mitra, dan masyarakat jalan sendiri terus menerus, maka pariwisata sebagai lokomotif, Primover tidak akan terjadi.
Baca Juga: Kontraktor Janji Perbaiki Kerusakan Jalan Dahang-Tentang, Manggarai Barat
Karena itu, dalam temu mitra Pariwisata Lembata, ia berharap pemerintah dapat menyampaikan pemikiran, mitra pun menyampaikan pemikirannya untuk dicarikan jalan kekuar untuk membangun Pariwisata Lembata.
Saat ini, pemerintah menyiapkan infrastruktur, jalan, dan produk ekononi kreatif dan pendukung pariwisata lainnya.
Ia mencontohkan, makanan yang sehat dengan menghadirkan branding healthis from the east- yang sehat datangnya dari timur, Lembata.
Baca Juga: Sadis, Bentrok di Papua, 18 Orang Tewas Terbakar di Gedung Karaoke
Harus ada penyiapan makanan yang sehat, restoran dan rumah makan yang sehat, dan hotel yang sehat.
"Ini branding pariwisata yang jadi lokomotif. Omong kosong kalau cari makanan sehat susah, cari restoran susah cari hotel susah," tegasnya.
Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata pada Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lembata MAA Putu Wahyuni mengatakan, kemitraan antara pemerintah, lembaga pariwisata, masyarakat di destinasi dan para pelaku pariwisata lainnya merupakan faktor penting dalam mengembangkan dan memajukan kepariwisataan.
Artikel Terkait
Harga Kambing di Lembata Hanya Rp500 Ribu per Ekor, Tata Kelola Pasar Harus Diperhatikan
Anggota Fraksi Golkar DPRD Lembata Tolak Ritual Sare Dame Berkedok Eksplorasi Budaya
Perbaiki Jaringan Bawah Laut di Lembata, PT Telkomsel Datangkan Dua Kapal